thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley
  • Jalan-jalan di Borobudur mengenal sejarah bangsa Indonesia masa lalu
  • Banten dan Makasar, sama-sama Hasanudin, bukti bahwa Indonesia satu
  • Menciptakan generasi untuk membangun bangsa, Menciptakan generasi berbudi dan berahlakul karimah
  • Langkah maju untuk generasi, Bersama berprestasi

Selasa, 24 Januari 2012

APAKAH ITU KOMET???


Komet adalah salah satu anggota dari keluarga tata surya kita.
Komet adalah benda langit yang mengelilingi matahari dengan garis edar berbentuk lonjong atau parabolis atau hiperbolis.
Komet berasal dari bahasa Yunani, yang artinya rambut panjang. Komet terdiri dari kumpulan debu dan gas yang membeku pada saat berada jauh dari matahari. Ketika mendekati matahari, sebagian bahan penyusun komet menguap membentuk kepala gas dan ekor. Komet juga mengelilingi matahari, sehingga termasuk dalam sistem tata surya. Komet merupakan gas pijar dengan garis edar yang berbeda-beda. Panjang komet dapat mencapai jutaan km. Beberapa komet menempuh jarak lebih jauh di luar angkasa daripada planet. Komet membutuhkan ribuan tahun untuk menyelesaikan satu kali mengorbit matahari. Kita sering menyebut komet sebagai bintang berekor. Sebetulnya pernyataan bintang disini tidak tepat. Komet terbentuk dari es dan debu.

Komet mengorbit matahari dalam suatu lintasan yang berbentuk elips.
APA SAJA BAGIAN-BAGIAN DARI KOMET???
Bagian-bagian komet terdiri dari inti, koma, awan hidrogen, dan ekor. Bagian-bagian komet sebagai berikut.
Inti, merupakan bahan yang sangat padat, diameternya mencapai beberapa kilometer, dan terbentuk dari penguapan bahan-bahan es penyusun komet, yang kemudian berubah menjadi gas.
Koma, merupakan daerah kabut atau daerah yang mirip tabir di sekeliling inti.
Lapisan hidrogen, yaitu lapisan yang menyelubungi koma, tidak tampak oleh mata manusia. Diameter awan hidrogen sekitar 20 juta kilometer.
Ekor, yaitu gas bercahaya yang terjadi ketika komet lewat di dekat matahari.
Inti komet adalah sebongkah batu dan salju. Ekor komet arahnya selalu menjauh dari matahari. Bagian ekor suatu komet terdiri dari dua macam, yaitu ekor debu dan ekor gas. Bentuk ekor debu tampak berbentuk lengkungan, sedangkan ekor gas berbentuk lurus. Koma atau ekor komet tercipta saat mendekati matahari yaitu ketika sebagian inti meleleh menjadi gas. Angin matahari kemudian meniup gas tersebut sehingga menyerupai asap yang mengepul ke arah belakang kepala komet. Ekor inilah yang terlihat bersinar dari bumi. Sebuah komet kadang mempunyai satu ekor dan ada yang dua atau lebih.
ADA BERAPA SAJA JENIS-JENIS KOMET???
Berdasarkan bentuk dan panjang lintasannya, komet dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
Komet berekor panjang, yaitu komet dengan garis lintasannya sangat jauh melalui daerah-daerah yang sangat dingin di angkasa sehingga berkesempatan menyerap gas-gas daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati matahari, komet tersebut melepaskan gas sehingga membentuk koma dan ekor yang sangat panjang. Contohnya, komet Kohoutek yang melintas dekat matahari setiap 75.000 tahun sekali dan komet Halley setiap 76 tahun sekali.
Komet berekor pendek, yaitu komet dengan garis lintasannya sangat pendek sehingga kurang memiliki kesempatan untuk menyerap gas di daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati matahari, komet tersebut melepaskan gas yang sangat sedikit sehingga hanya membentuk koma dan ekor yang sangat pendek bahkan hampir tidak berekor. Contohnya komet Encke yang melintas mendekati matahari setiap 3,3 tahun sekali.

APA BERAPA NAMA-NAMA KOMET???
Sekarang telah dikenal banyak nama komet, antara lain sebagai berikut.
 Komet Kohoutek.
 Komet Arend-Roland dan Maikos yang muncul pada tahun 1957.
 Komet Ikeya-Seki, ditemukan pada bulan september 1965 oleh dua astronom jepang, yaitu Ikeya dan T. Seki.
 Komet Shoemaker-Levy 9 yang hancur pada tahun 1994.
 Komet Hyakutake yang muncul pada tahun 1996.
 Komet Hale-bopp yang muncul pada tahun 1997.

DARI MANAKAH ASAL USUL KEHADIRAN KOMET???
Kehadiran ilmu pengetahuan modern menjadikan manusia bisa memandang kedatangan komet secara rasional. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah dari mana asalnya komet itu?
Adalah seorang astronom Belanda, Jan Oort mengemukakan teori bahwa Tata Surya dikelilingi awan dengan jari-jari antara 50.000 SA-100.000 SA. Awan ini tersusun dari materi berukuran kecil yang menjadi tempat pembentukan dan kemunculan komet. Untuk menghormati Jan Oort, awan itu lalu dinamai Awan Oort, dengan perkiraan populasi komet sekitar seratus triliun dan bermassa total 10-100 kali massa Bumi. Akibat gangguan bintang-bintang sekitar Matahari terhadapnya, sebagian materi awan jatuh ke bidang Tata Surya, selanjutnya tertarik oleh gravitasi Matahari dan bergerak ke pusat Tata Surya.
Fred L Whipple, astronom dari Universitas Harvard, mengusulkan pertama kali di tahun 1950 mengenai struktur komet yang berupa gumpalan es kotor (Dirty Snowballs) berdiameter 1-10 kilometer karena tersusun dari beragam senyawa seperti karbondioksida, sianida, amonia, metana, air, serta berbagai macam logam yang bercampur dengan debu dan batuan.
Ketika komet bergerak mendekati Matahari pada jarak kurang dari 3 SA, muncullah selubung gas dan debu yang berukuran 100.000 hingga 1 juta kilometer, yang dinamai Coma. Dalam bahasa latin Coma berarti ‘rambut’. Dari kata inilah sebutan komet berasal. Gas dalam Coma beragam seperti CO, CO, HCN, CH, CN, air dan formaldehid. Coma ini diselubungi oleh awan hidrogen berukuran jutaan kilometer yang muncul dari disosiasi radikal hidroksil (OH) akibat radiasi Matahari pada materi yang ada di Coma.
Saat jarak komet semakin mendekati ke Matahari muncullah ekor komet akibat partikel-partikel yang dipancarkan Matahari (embusan angin Matahari) menguapkan materi yang menyelubungi inti komet. Ada dua jenis ekor Matahari, yaitu ekor ion yang arahnya selalu menjauhi Matahari (segaris arah Matahari-komet), dan ekor debu yang berarah melengkung ke Matahari, akibat tarikan gravitasi Matahari. Meskipun ekor itu sedemikian panjang, kerapatannya amat kecil, bahkan lebih kecil dari kerapatan ruang hampa yang mampu dibuat di Bumi.
Semakin dekat ke Matahari, maka ekor komet kian panjang. Materi yang hilang pun kian banyak. Sebaliknya, ketika menjauhi Matahari, ekor komet memendek. Komet pun kembali ke bentuk semula, namun dengan massa yang telah berkurang, ketika berada jauh dari Matahari menuju ke tempat asalnya.
Namun, tidak semua komet memiliki nasib seperti itu. Ada komet yang ditakdirkan hancur akibat gravitasi Matahari seperti Komet West yang ditemukan pada tahun 1976. Selain gravitasi Matahari, juga ada yang tertarik oleh gravitasi planet raksasa, Yupiter, yaitu Komet Halley. Komet yang terkenal ini dihitung elemen orbitnya oleh astronom Inggris, Edmund Halley, pada tahun 1705 dan ditemukan periode orbitnya yaitu setiap 76 tahun sekali. Komet yang juga mengitari planet raksasa akan memiliki bentuk orbit yang amat eksentrik, kelengkungannya besar.
Dalam catatan sejarah, pengamatan komet sudah dilakukan ratusan tahun lalu. Seiring perkembangan teknologi pengamatan, penemuan komet semakin banyak. Sudah ada ribuan komet yang ditemukan sekarang ini. Sering komet diberi nama sesuai dengan nama penemunya, baik seorang, dua atau lebih, bila ditemukan secara serentak. Contohnya Komet Shoemaker-Levy 9 yang sebagian materinya menabrak Yupiter pada tahun 1994. Komet itu ditemukan oleh pasangan Eugene dan Carolyn Shoemaker serta David H Levy pada 23 Maret 1993.
Tata cara penamaan lainnya adalah menurut tahun ditemukan dan diikuti huruf kecil pada tahun ditemukannya. Misalnya, komet ketujuh yang ditemukan pada tahun 2004 adalah 2004g.
Misi penelitian
Kandungan materi dalam komet menarik perhatian kalangan ilmuwan. Ada pendapat bahwa sumber air dan materi organik di planet-planet berasal dari komet. Dalam perjalanan melanglang ruang, komet mengumpulkan mikroorganisme beku. Kemudian selama menuju Matahari, sebagian materi itu dilepaskan lalu masuk ke Bumi dan berkembang di planet ini. Teori ini disebut Panspermia.
Tidak seperti planet, asteroid, atau obyek di Kuiper Belt, keberadaan komet seperti menyimpan banyak misteri. Hal itu dikarenakan jauh dan luas tempatnya serta jumlahnya yang amat banyak. Selain itu, juga karena tidak adanya jalur khusus orbit komet. Hal lain, materi komet semakin berkurang, setiap melewati Matahari, lalu akan mati. Karena itu, upaya penelitiannya menjadi begitu menantang. Sebagai contoh kedatangan Komet Halley pada 1986 mengundang komunitas internasional untuk melakukan penelitian seperti Uni Soviet dengan pesawat antariksa Vega 1 dan 2, Badan Penerbangan Antariksa Eropa dengan Giotto, Jepang dengan Sakigake, serta Suisei dan NASA dengan International Cometary Explorer (ICE).
Yang teranyar adalah wahana antariksa Rosetta (diluncurkan 2 Maret 2004) untuk menyelidiki Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko selama dua tahun. Rosetta akan mendaratkan instrumen ilmiah ke komet, yang saat ini sedang mendekati Matahari, di tahun 2014.
Wahana lainnya adalah Stardust (diluncurkan 7 Februari 1999) yang menyelidiki Komet Wild 2 dan akan membawa pulang ke Bumi contoh materi koma dari komet ini pada 15 Januari 2006. Diduga, materi yang ada dalam komet merupakan materi yang terbentuk di awal kelahiran Tata Surya 4, 6 miliar tahun lampau.
Diharapkan dengan beragam misi itu akan membuka rahasia Tata Surya miliaran tahun lampau. Dengan begitu, akan lebih baik kita menikmati pemandangan komet dengan semangat ilmiah.

BEBERAPA FENOMEMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMET

KOMET YANG TERLIHAT HANYA DENGAN MATA TELANJANG
PADA tahun 2004 ada dua komet yang bisa diamati dengan mata telanjang. Hari ini, 7 Mei, salah satu komet itu mencapai kecerlangan maksimum.
Komet atau bintang berekor adalah anggota Tata Surya yang mempunyai orbit hiperbola. Ekornya kian panjang bila mendekati Matahari. Begitu panjangnya hingga bisa mencapai 150 juta kilometer, atau sejauh jarak Bumi-Matahari atau biasa dinamakan 1 Satuan Astronomi (SA). Dengan begitu komet bisa dibilang anggota Tata Surya terbesar.
Di tahun 2004 ada dua komet yang bakal bisa diamati dengan mata telanjang, yaitu Komet C/2001 Q4 (NEAT) dan C/2002 T7 (LINEAR). Dengan bantuan teleskop kecil dan binokular, kedua komet tersebut sudah bisa diamati sejak Februari lalu. Mulai bulan Maret, baru bisa diamati dengan mata telanjang setelah kecerlangannya lebih kecil dari 6 magnitudo semu.
Magnitudo adalah skala kecerlangan obyek langit yang terlihat oleh pengamat, semakin kecil magnitudo maka akan semakin terang. Perbedaan sebesar 5 magnitudo setara dengan perbedaan kecerlangan 100 kali. Obyek terlemah yang bisa diamati oleh mata telanjang di langit memiliki magnitudo 6,5. Sebagai perbandingan magnitudo semu matahari sebesar – 26,8 dan bintang langit malam terterang, yaitu Sirius sebesar – 1, 46. Rata-rata bintang yang terang bermagnitudo dari 1 hingga 2.
Komet NEAT ditemukan pada 28 Agustus 2001 melalui program Near Earth Asteroid Tracking (NEAT), saat itu magnitudonya 20 setara dengan 400 ribu kali lebih lemah dari bintang teredup yang bisa diamati dengan mata telanjang. Namun, pada bulan April akan memiliki magnitudo sebesar 1-2 dan mencapai kecerlangan maksimum pada 7 Mei 2004, saat sejarak 48 juta kilometer dari Bumi. NEAT bergerak dalam arah rasi Canis Mayor, melewati Cancer, dan tiba di arah Ursa Mayor pada akhir Mei. Bisa diamati setelah matahari terbenam dari arah Barat-Utara bola langit. Lalu, sekitar tanggal 12-16 Mei ada pemandangan yang menakjubkan dikarenakan keberadaan empat planet terterang, yaitu Venus, Mars, Saturnus, dan Yupiter di sekitar komet.
Adapun Komet LINEAR ditemukan melalui program Lincoln Laboratory Near Earth Asteroid Research (LINEAR) pada 29 Oktober 2002 dan akan mencapai kecerlangan maksimum 19 Mei 2004 pada jarak 40 juta kilometer dari Bumi. Komet ini bergerak dari arah rasi Pisces melewati Cetus, Eridanus, dan Lepus menuju Canis Mayor. Pada pertengahan April hingga awal Mei, komet ini bisa dilihat pagi hari di arah timur. Setelah itu, komet akan terlihat di arah Barat, setelah matahari terbenam.
Kedua komet tersebut bisa dinikmati pemandangannya selama bulan Mei dengan mata telanjang bila kondisi langit cerah. Memasuki bulan Juni, kedua komet tersebut menjauhi Bumi dan Matahari.

PENEMUAAN KOMET LULIN
Tahun 1996, seorang bocah laki-laki di China melihat sesuatu lewat eyepiece teleskop kecilnya. Sesuatu yang mengubah seluruh hidupnya. Yang ia lihat saat itu adalah sebuah komet dengan nyala yang indah, terang dan mengepulkan asap pada ekornya.
Saat itu, si bocah megira dialah satu-satunya yang melihat dan menemukan keajaiban itu. Namun ia kemudian mengetahui sudah ada orang lain yang lebih dahulu menemukannya. Kedua orang itu bernama Hale dan Bopp. Dan mereka telah mengalahkannya. Walau kecewa, Quanzhi Ye muda bertekad untuk menemukan kometnya sendiri suatu saat nanti.
Dan hari itu pun tiba. Si bocah berhasil meraih impiannya.
Sore itu di antara kehangatan musim panas bulan Juli 2007, Ye yang sudah berusia 19 tahun dan menjadi mahasiswa meteorologi di Universitas Sun Yat Sen, China, berada di belakang mejanya memandang taburan bintang dalam medan tanpa warna yang ada di hadapannya. Itu sebuah foto yang diambil beberapa malam sebelumnya oleh astronom Taiwan Cie Sheng Lin dalam patroli angkasa di Observatorium Lulin. Jari-jemari Ye bergerak dari satu titik ke titik lainnya dan ia pun berhenti. Ada yang berbeda di foto itu. Salah satu bintangnya bukanlah bintang. Yup.. itu sebuah komet, dan kali ini Ye yang pertama kali mengenalinya.
Komet Lulin, begitulah ia kemudian dinamakan menurut nama observatorium tempat fotonya diambil, kini tengah menempuh perjalanan mendekati Bumi. Sebuah komet cantik berwarna hijau yang dapat terlihat oleh siapapun saat ini dengan mata telanjang.
Dari Arizona, astronom amatir Jack Newton mengirimkan foto Komet Komet C/2007 N3 atau Komet Lulin dari observatoriumnya di Arizona. Foto indah itu diambil dengan teleskop 14 inch pada tanggal 1 February 2009. “Mataku yang sudah tua masih tak mampu untuk mengenali cerlangnya komet itu, karena itu teleskopku yang melihatnya.” kata Newton.

Komet lulin, si hijau yang cantik
Pada tanggal 24 februari 2009, Komet Lulin akan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 0,41 SA atau 61.335.180 km. Pada saat itu, Komet Lulin akan tampak terang di angkasa dengan kecerlangan 4 atau 5 magnitud, dengan kata lain area dengan langit yang gelap akan dapat melihat keindahannya. Inilah untuk pertama kalinya Komet Lulin mengunjungi area bagian dalam Tata Surya, dan membiarkan dirinya mengenal sinar Matahari sehingga kejutan apapun bisa saja terjadi.
Keindahan warna hijau pada diri Lulin datang dari gas yang membentuk atmosfer berukuran Jupiter pada dirinya. Letupan yang muncul dari inti komet juga mengandung cyanogen (CN: gas beracun yang ditemukan pada banyak komet) dan karbon diatomik (C2). Kedua substansi ini akan berwarna hijau saat disinari matahari dalam ruang hampa udara.
Pada tahun 1910, masyarakat panik saat astronom menyatakan Bumi akan dilewati Commet Halley yang kaya dengan ekor gas cyanogen. Peringatan yang salah saat itu dberikan kepada masyarakat. isinya : seutas ekor komet tak akan mampu menembus atmosfer Bumi yang rapat. Seandainya bisa, cyanogen yang ada tidak akan cukup untuk menjadi masalah di Bumi. Komet Lulin yang sedang mendekat bulan ini akan memberi dampak yang lebih sedikit dibanding komet Halley. Pada titik terdekatnya dengan Bumi, Lulin akan berada pada jarak 38 juta mil dari Bumi, dan tidak akan membahayakan.
Komet ini akan terbit beberapa jam sebelum Matahari terbit dan akan tampak di area 1/3 di atas langit selatan sebelum fajar. berikut waktu atau masa dimana kita mungkin bisa melihat komet Lulin
6 Februari : Komet Lulin akan meluncur di Zubenelgenubi, bintang ganda yang berada pada titik tumpu Libra. Zubenelgenubi merupakan penunjuk arah yang bagus karena bisa dilihat oleh mata. Binokular yang diarahkan ke bintang ganda ini akan mengungkap keindahan komet Lulin. Dini hari tadi, para pengamat melaporkan kalau Komet Lulin tampak dengan kecerlangan 5.8-6.4 magitud.
 16 Februari : Komet Lulin melewati Spica di rasi Virgo. Spica adalah bintang bermagnitudo 1 magnitud. Finderscope yang diarahkan ke Spica akan menangkap Komet Lulin dalam medan pandangnya.
 24 Februari : Lulin berada pada titik terdekatnya dengan Bumi. Lulin akan berada beberapa derajat dari Saturnus di rasi Leo. Saturnus seperti biasa dapat dilihat oleh mata telanjang. Demikian juga Lulin.

Menurut Ye, Komet Lulin tidak hanya menakjubkan dalam keindahannya yang langka, namun juga karena keajaiban penemuannya. Komet ini merupakan kolaborasi antara astronom Taiwan dan China. “Penemuan Lulin tidak akan terjadi tanpa kontribusi kedua belah negara yang terpisah oleh selat” kata Ye. Chi Sheng Lin dan anggota Observatoium Lulin-lah yang memberikan citra yang dibutuhkan Ye untuk dianalisis datanya hingga ditemukanlah Komet Lulin.
Bisa jadi di suatu tempat di bulan ini, ada seorang bocah yang melihat Komet Lulin dan merasakan gairah yang pernah dirasakan Ye saat melihat komet Hale-Bopp di tahun 1996. Dan siapa yang tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari …
Itulah yang sempat jadi imajinasi Ye. Namun ia berharap pengalamannya akan dapat menjadi inspirasi bagi pemuda lainnya untuk mengejar impian mereka.
Para ahli Matahari dari University of California, Barkeley, menjadi saksi mata sekaligus pemotret pertama dari kisah tabrakan komet dan Matahari, dengan menggunakan STEREO kembar milik NASA. Para saksi mata dari Space Sciences Laboratory UC Barkeley juga berhasil melacak jejak komet saat ia mendekati Matahari dan memberikan estimasi waktu dan lokasi terjadinya tabrakan.
STEREO (Solar TErrestrial RElations Observatory) yang diluncurkan tahun 2006, terdiri dari pesawat ruang angkasa kembar yang mengorbit Matahari. Salah satu pesawat tersebut berada di “depan” Bumi dan yang satu lagi di “belakang” Bumi sehingga keduanya dapat memberikan pandangan yang berimbang tentang Matahari.

JEJAK KOMET
Perhatian untuk komet ini pertama kali diberikan oleh Martinez-Oliveros’ setelah ia melihat hasil pengamatan STEREO dan SOHO pada tanggal 12 Maret 2010. Ekor debunya yang terang dan panjang saat mengekor Matahari memang membuat ia langsung dikenali oleh STEREO maupun pengamat lainnya.
Dengan asumsi bahwa komet ini akan memutari Matahari, maka para pengamat berharap bisa mendapatkan lintasan komet tersebut. Pada kenyataannya, data yang ada memang cukup untuk bisa mendapatkan jejak lintasan si komet 2 hari sebelum ia menabrak Matahari.
Dengan memperkirakan zona tabrakan akan berada dalam lingkaran dengan diameter 1000 km, para peneliti ini kemudian mencari data online dari Mauna Loa Solar Observatory untuk dapat menentukan apakah si komet akan terlihat di samping tepian Matahari pada area spektrum ultraungu.
Hasilnya, ditemukanlah jejak pendek yang berakhir dalam 6 menit, beberapa kilometer di atas permukaan Matahari dalam area dengan suhu jutaan derajat di Korona dan 100000 derajat di Kromosfer.
Komet Yang Menabrak Matahari

Pengamatan hidrogen-alpha dengan instrumen Coronado di Mauna Loa Solar Observatory. Kredit : Claire Raftery, Juan Carlos Martinez-Oliveros, Samuel Krucker/UC Berkeley
Dari data yang didapat oleh pengamatan landas Bumi di Mauna Loa Solar Observatory, Hawaii, para peneliti menemukan citra yang memprediksikan spot atau titik yang diprediksi sebagai komet yang sedang mendekati tepian Matahari dari balik piringan Matahari. Dan menurut Claire Raftery dari UC Barkeley, ini merupakan kejadian pertama dimana sebuah komet berhasil dilacak di area korona Matahari.
Komet yang tampak menyentuh Matahari tersebut terdiri dari debu, batuan dan es. Selain itu komet memang jarang bisa dilacak berada dekat dengan Matahari karena kecerlangannya tertutupi piringan matahari. Komet yang satu ini tampaknya berhasil lolos dari panasnya korona dan kemudian menghilang dalam kromosfer, kemudian menguap pada suhu 100 000 Kelvin.
Raftery, Juan Carlos Martinez-Oliveros, Samuel Krucker dan Pascal Saint-Hilaire, yang khusus meneliti tabrakan komet dengan Matahari tersebut menyimpulkan kalau si komet tersebut merupakan salah satu komet dari keluarga Kreutz, kawanan komet Trojan yang terlontar dari orbitnya di tahun 2004 oleh Jupiter dan kemudian melakukan putaran pertama dan terakhirnya mengelilingi Matahari. Diperkirakan kawanan tersebut berasal dari kehancuran komet besar.
Dari ekor sepanjang 3 km, yang sebenarnya juga cukup pendek, para peneliti meyakini kalau komet penabrak Matahari tersebut terdiri dari elemen berat yang belum siap untuk menguap. Hal ini jugalah yang menjelaskan mengapa ia bisa masuk sedemikian dalam ke kromosfer dan berhasil selamat dari angin Matahari dan temperatur ekstrim yang ada di Korona sebelum akhirnya komet tersebut menguap tanpa jejak.

KOMET HARTLEY 2 DI BANDAR LAMPUNG
Tanggal 20 Oktober 2010, komet 103P/ Hartley 2 akan melintas cukup dekat dengan Bumi pada jarak 0,12 SA. Pada saat inilah kesempatan bagi para pengamat langit untuk menikmati komet yang satu ini. Kendalanya adalah sinar Bulan yang berada pada fasa jelang purnama sehingga akan membuat langit menjadi terang.
Pada tanggal 11 Oktober 2010 dini hari, komet Hartley 2 terlihat dari Bandar Lampung dan berhasil dipotret dengan menggunakan Canon 350d, lensa 100-300mm f/5.6. ISO1600.

Komet Hartley 2 yang dipotret dari Bandar Lampung. Foto : Jeff Teng
Pada saat pengamatan, magnitudo komet sekitar 5.8, sehingga tidak dapat terlihat dengan kasat mata. Bahkan dengan Binokular 7×35 juga tidak terlihat karena batas magnitudo pengamatan hanya sekitar 3.7 ( lokasi pengamatan terpengaruh polusi cahaya). Dalam foto yang diambil, komet hanya terlihat seperti sebuah lingkaran biru kehijauan, dan belum ada ekornya. Posisi komet mudah dicari dengan menggunakan data ephemeris yg telah dimasukkan ke Stellarium.
Komet McNaught Tampak di Langit Malam
Komet, bintang berekor yang satu ini jelas membawa ketertarikan tersendiri bagi pengamat langit. Kali ini, komet baru yang ditemukan tahun lalu tersebut akan tampak di langit malam dan terlihat bahkan oleh mata bugil? Menarik? Jelas!
C/2009 R1 aka McNaught sudah mulai menampakkan wajahnya dan menunjukkan keindahan ekornya bagi para pengamat langit yang menggunakan binokuler. Khusus bagi mereka yang ada di belahan langit utara, komet ini akan terlihat di kisaran akhir bulan Juni sebelum Matahari terbit dan di awal Juli setelah Matahari terbenam. Komet McNaught akan memiliki kecerlangan lebih dari 10 magnitudo antara pertengahan bulan Mei sampai dengan pertengahan Agustus. Sayangnya komet ini akan sangat sulit untuk diamati dari area langit selatan, namun bisa ditemukan saat fajar atau menjelang matahari terbit di dekat Rasi Perseus.

Komet McNaught yang melintas. Kredit : APOD / Jose Francisco Hernandez (Altamira Observartory)
Pada kondisi puncaknya di pertengahan bulan Juli, komet McNaught akan memiliki kecerlangan 4,5 magnitud untuk diamati di langit utara. komet McNaught ditemukan pada tanggal 10 September 2009 oleh Robert McNaught. Komet ini akan mencapai perihelion atau jarak terdekat ke Matahari pada tanggal 2 Juli pada jarak 0,40 SA atau sedikit lebih dekat ke Matahari dibanding Merkurius (0.38 SA). Eksentrisitas orbit komet ini juga lebih dari 1 atau bisa dikatakan orbitnya memiliki bentuk hiperbola. Artinya, ini adalah kunjungan pertama McNaught ke Matahari dan setelah ini ia tak akan kembali.

Sumber referensi :
o Wikipedia.org
o http://langitselatan.com/2010/06/08/komet-mcnaught-tampak-di-langit-malam/
o http://langitselatan.com/2010/10/19/komet-hartley-2-dari-bandar-lampung/
o http://langitselatan.com/2010/10/19/komet-hartley-2-dari-bandar-lampung/
o http://langitselatan.com/2010/05/26/komet-penabrak-matahari


Tidak ada komentar: