thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley
  • Jalan-jalan di Borobudur mengenal sejarah bangsa Indonesia masa lalu
  • Banten dan Makasar, sama-sama Hasanudin, bukti bahwa Indonesia satu
  • Menciptakan generasi untuk membangun bangsa, Menciptakan generasi berbudi dan berahlakul karimah
  • Langkah maju untuk generasi, Bersama berprestasi

Jumat, 18 Oktober 2013

Kisah Inspirasi MUHAYAT

Pendidikan adalah jalan seseorang menuju kesuksesan. Tetapi bagi seorang seperti Muhayat, pendidikan adalah barang mewah yang tidak mungkin dirinya atau keluarganya mampu untuk membiayai  pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi.
Namun, semangat untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tidak pernah kendur dari hatinya. Meski harus terseok-seok, bersusah payah menjalani kehidupan. Akhirnya Muhayat yang hanya lulus sekolah dasar, kini telah menjadi seorang Sarjana Pendidikan Agama Islam.
Gelar sarjana yang disandang Muhayat saat ini tidaklah semudah yang diperoleh orang-orang pada umumnya. Berawal dari latar belakang pendidikan sekolah dasar membuat Muhayat lebih giat belajar dan mencari ilmu pengetahuan. Sehingga baginya apapun jenis pengetahuan asal bermanfaat dan positif akan dipelajarinya dengan sungguh-sungguh hingga dikuasai. 
Salah satu contoh, sebelum dirinya bergelut di dunia pendidikan. Muhayat adalah seorang pedagang kios pinggir jalan di salah satu komplek perumahan di wilayah Serdang, Kramatwatu. Sambil berjualan dirinya nyambi kerjaan pada orang-orang komplek yang membutuhkan tenaganya untuk menjadi tukang bangunan, memasang intalasi listrik, atau apapun yang sekiranya warga komplek membutuhkan tenaganya. Kemampuan tersebut diperoleh Muhayat diantaranya dari H. Abdul Rozak  yang memberikan bimbingan dan pengetahuan tentang ilmu bangunan, elektronika, permesinan dan kelistrikan. Sehingga dengan kemampuannya banyak warga komplek mempercayakan pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal yang telah dipelajarinya kepada Muhayat.
Keseharian Muhayat hanya diisi dengan hal-hal demikian, bila ada waktu senggang biasanya diisi dengan tadarus Al-Qur'an atau mengaji kitab-kitab yang pernah dipelajarinya sewaktu bermukim di Cibeber. Sewaktu berada di Cibeber dirinya bertempat di rumah ibu Hj. Solehah, ibunda H. Abdul Rozak. Namun, beliau ikut mengaji Al-Qur'an dan kitab-kitab kuning di KH. Suhaemi Palas, KH. Ahmad Najiullah, KH. Mursi Qudsi, KH. Syafiq, KH. Baghowi, KH. Sofwan, Ustadz Mursyid, beberapa ulama (kyai) dan ustad yang berada di lingkungan Cibeber.
Sekian tahun Muhayat fokus berjualan dan menjalankan aktivitas pertukangan tanpa menambah jenjang pendidikan yang dimilikinya saat itu. Namun, kesadaran pada tujuan hidup kembali bangkit sewaktu Muhayat diminta untuk menjadi tenaga pendidik di madrasah diniyah di kampung Margagiri, Serdang. Terinspirasi pada kondisi anak didiknya yang membutuhkan pengetahuan yang mumpuni. Membuat Muhayat termotivasi melanjutkan pendidikan mengambil pendidikan melalui paket B, paket C, hingga melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Muhayat yang awalnya hanyalah anak seorang petani, dan berlatar belakang pendidikan sekolah dasar, dengan keseharian sebagai pedangang kios di pinggir jalan perumahan. Kini, telah menjadi guru dan wakil kepala bidang kurikulum di salah satu SMK dan MTs di wilayah Kramatwatu, Serang. dan kemampuannya dalam membaca kitab kuning dikembangkannya dengan mendirikan dan membuka masjlis ta'lim di kampung Jelumprit, Waringin Kurung.
Detil kehidupan Muhayat ini, Insya Allah akan terbit buku "Muhayat, Titian Hidup Pedagang Kios Menjadi Wakil Kepala Madrasah".

Tidak ada komentar: