thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley thankyousmiley
  • Jalan-jalan di Borobudur mengenal sejarah bangsa Indonesia masa lalu
  • Banten dan Makasar, sama-sama Hasanudin, bukti bahwa Indonesia satu
  • Menciptakan generasi untuk membangun bangsa, Menciptakan generasi berbudi dan berahlakul karimah
  • Langkah maju untuk generasi, Bersama berprestasi

Kamis, 29 Maret 2012

Demo Guru Honorer

JAKARTA, KOMPAS.com - Lagu Iwan Fals, "Manusia 1/2 Dewa", berkumandang mengiringi pengunjuk rasa di depan Istana Merdeka. Namun, para pengunjuk rasa ini tidak menyuarakan penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebagaimana dilakukan para mahasiswa, melainkan menyerukan nasib mereka sebagai guru honorer.

Sekitar 200-an guru honorer dari sejumlah daerah mendatangi Istana Kepresidenan menuntut keadilan dalam proses rekrutmen Pegawai Negeri Sipil.

Koordinator Komite Guru Indonesia, Mukhlis, mengatakan, pihaknya meminta pemerintah mencabut Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 05 Tahun 2010 dan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 3 Tahun 2012 tentang verifikasi dan validasi data.

"Surat ini justru menimbulkan keresahan dan konflik sesama tenaga honorer karena ada multitafsir peraturan tersebut," kata Mukhlis di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (29/3/2012).

Pihaknya juga meminta pemerintah segera melakukan verifikasi dan validasi ulang data tenaga honorer dan dimasukkan dalam pendataan Badan Kepegawaian Negara (BKN) berdasarkan Terhitung Mulai Tugas (TMT).

Dalam aksi tersebut salah seorang guru perempuan menangis di hadapan aparat keamanan. "Kasihanilah kami Pak Polisi. Kami sudah datang sejak pagi. Tolong janjinya ditepati," kata guru honorer bernisial A yang berasal dari Kota Bekasi di depan Istana Merdeka, Kamis (29/3/2012).

Perempuan itu bersama rekan-rekannya menuntut untuk dipertemukan dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut dia, sebelumnya mereka telah dijanjikan Wakapolda Metro Jaya untuk bertemu langsung dengan Menpan dan Mendikbud di Istana. Namun, setelah menunggu hingga pukul 14.30 WIB, janji tersebut tak kunjung ditepati.

"Kami sudah berada di sini sejak jam delapan pagi. Teman-teman dari luar kota malah sudah sejak jam empat pagi," katanya dengan suara serak lantaran tak kuat menahan emosinya.

Dia lantas menjelaskan, ada hal yang tidak wajar dalam proses promosi CPNS menjadi PNS. Orang-orang yang belum lama mengajar ataupun baru menyelesaikan pendidikan tinggi sudah menerima SK pengangkatan. Sementara itu, banyak guru-guru lama yang tetap berstatus sebagai guru honorer.

"Saya sudah hampir delapan tahun mengajar. Bapak ini malah sudah 25 tahun mengajar tapi tetap berstatus guru honorer," kata perempuan yang mengenakan seragam guru itu sambil menunjuk ke arah pria yang ada di sampingnya.

Kelompok guru-guru ini sudah menunjuk perwakilan mereka. Namun, janji untuk menyampaikan aspirasi mereka secara langsung kepada menteri tak kunjung terwujud.

imat rohmatulloh
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/03/29/15471212/Guru.Honorer.Kasihanilah.Kami.Pak.Polisi

Tidak ada komentar: